Pasuruan, Jawa Timur
Rabu, 24 April 2024

Renungan Air dan Garam untuk anti Negara Islam Iindonesai

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

download-1Portalarjuna.com-Kemarin adalah hari sedihku, tapi hal itu berubah setelah datang padaku seorang kakek, mungkin ini adalah peta petunjuk Tuhan.
Hari itu aku merasa bahwa tiada guna lagi hidup di dunia, aku putus asa serta kecewa, hati ini membeku bak padat es, bibirku ternoda oleh air mata tangisan, aku menyendiri di sebuah gubuk kecil dekat sungai. Tak lama kemudian muncul dihadapanku seorang kakek-kakek yang berusaha untuk menenangkan dan menentramkan daku kalah itu.
Dalam tangisan aku ditanya oleh beliau “nak kamu kenapa kok sampai seperti ini?” aku menjawab serta mengutarakan masalah demi masalah yang sedang aku hadapi. Sambil mengelus–elus pundakku, sang kakek berkata “tenang, tenanglah, sabar karena dengan sebuah kesabaran, masalah akan semakin mudah diselesaikan. Tanpa berkata–kata lagi sang kakek melangkahkan kakinya dari tempat beliau duduk. Sambil melihat sang kakek, tak henti-hentinya mata ini berhujan merembaskan air mata
Tak lama setelah itu sang kakek muncul lagi dengan membawa segelas air ditangan kirinya, kemudian beliau duduk di sebelah kananku dengan mengambil sesuatu dari sakunya, aku terbius melihatnya, muncul pertanyaan dalam hati apa yang akan dilakukan oleh kakek…..??? Ternyata beliau mengambil segenggam garam dari sakunya dan melarutkannya ke dalam segelas air ditangan kirinya seraya berkata “ambil dan minumlah air ini” dengan menyodorkan tangannya. Tanpa ragu-ragu aku minum, lalu kakek bertanya padaku “Bagaimana rasanya ??? sambil menahan aku menjawab: asiiiiiin, getiiiiiir. Tanpa penjelasan sekata pun sang kakek lalu mengajakku berjalan menelusuri perbukitan dekat sungai. Setelah lama berjalan barulah kami berhenti. Ketika kami menemukan sungai yang datar, kakek menyuruhku untuk turun ke datar sungai.
Muncul lagi dalam benakku intruksi-intruksi yang harus diargumentasikan serta
dikongretkan. Aku memandangi sang kakek yang sedang meraba-raba sakunya, beliau mengambil garam ditangannya dengan kuantitas (jumlah) sebanding dengan garam yang telah dilarutkan
dalam segelas air yang sudah aku minum tadi. Kemudian sang kakek menghampiriku dan melarutkan garam ditangan kanannya ke dalam air sungai yang terus dan terus mengalir. Setelah itu sang kakek memerintahkanku untuk meminum air sungai yang telah tercampur dengan garam tersebut. Setelah aku meminumnya, kakek bertanya seperti halnya waktu di gubuk tadi yaitu “bagaimana rasanya….???” Aku yang haus dan letih berkata “segar, segar dan nikmat”. Dari kisah ini dapat kita ambil hikmahnya. NII adalah sebuah masalah yang wajib segera dituntaskan. Untuk menyelesaikannya kita harus butuh seorang kakek. kakek dalam hal ini adalah seorang guru yang bisa mengarahkan kita untuk mencari setiap jawaban dari segala persoalan yang kita hadapi. NII merupakan garam yang asin rasanya, bila kita tidak mengimbangani kuantitas serta kualitasnya dengan air yang cukup memadai. Air dalam hal ini adalah ilmu pengetahuan atau wawasan kebangsaan. Jadi kita akan terhindar dari saho (hipnotis) dari golongan NII jika kita mempunyai air
yang cukup memadai (ilmu atau wawasan kebangsaan

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tulisan Terakhir

Advertorial