Portalarjuna.net, Purwodadi — Aktivitas Pasar Purwodadi terus mengalami penurunan sejak dilakukan pembangunan pada tahun 2020, setelah masa pandemi. Kondisi ini turut berdampak pada pedagang kecil seperti Bu Aminah (75), seorang pedagang sembako yang hingga kini tetap bertahan meski pendapatannya merosot tajam.
Bu Aminah telah berjualan sejak masih muda. Dahulu, ketika pasar masih ramai, lapaknya yang cukup luas mampu menghasilkan pendapatan harian antara Rp900 ribu hingga Rp1 juta. Ia membuka tokonya setiap hari pukul 06.00 hingga 12.00 siang, dan pembeli terus berdatangan.
Namun setelah pasar direnovasi pada 2020, jumlah pengunjung menurun drastis. Pendapatannya kini hanya berkisar Rp200 ribu–Rp300 ribu, bahkan kadang hanya mencapai Rp100 ribu. “Sekarang pembeli jarang sekali. Kadang sehari hanya laku sedikit,” ujarnya saat ditemui pada 28 November 2025.
Selain dampak pembangunan, Bu Aminah menyebutkan banyak faktor lain yang memperparah situasi pasar, seperti semakin banyaknya pedagang keliling (sales), bertambahnya toko modern di sekitar pasar, hingga sistem penjualan online yang membuat pasar tradisional semakin ditinggalkan. “Sekarang orang tinggal pesan lewat HP, jadi jarang datang ke pasar,” tambahnya.
Kondisi fasilitas pasar yang kurang terawat juga menjadi keluhan pedagang. Setelah dibangun, tidak ada lagi pembaruan atau pemeliharaan dari pihak kecamatan maupun desa. Banyak lapak yang dibiarkan kosong dan rusak. Para pedagang bahkan telah sepakat untuk tidak membayar pajak tahunan sebesar Rp1.500.000 karena merasa kondisi pasar tidak pernah dibenahi, namun mereka tetap membayar pajak harian sebesar Rp1.000.
Meski usianya sudah lanjut dan kondisi pasar kian sepi, Bu Aminah tetap memilih bertahan. Setiap hari ia menempuh perjalanan satu kilometer dari rumahnya menuju pasar untuk menata dagangan. “Selama masih kuat, saya tetap akan berjualan,” ucapnya lirih.
Fenomena sepinya Pasar Purwodadi menjadi potret nyata tantangan ekonomi yang dihadapi kelompok marjinal, terutama pedagang lansia yang menggantungkan hidup dari pasar tradisional yang kini mulai ditinggalkan.
Author : Wahyu Ilhami















