Sebagai pesantren yang telah menelurkan Universitas tentu dan tak heran bila karya ilmiah, buku-buku semisal Galak-Gampil, Jawabul Masail, Sabilul Muttaqin, Sabilus Salikin, Koleksi Kutbah Jum’at dll, banyak ditetaskan di pesantern. hal ini bukan awur-awur justru haliyah tersebut merupakan haliyah yang pernah dicontohkan oleh guru-guru beliau. Seperti, Mbah Kyai Munawir Kertosono yang menulis Kitab Sabilu Al Hidayah dll, Mbah Kyai Muslih Mrangen Jawa Tengah Mushonif Nurul Burhan dan kitab-kitab lainnya.
Beliau lebih senang amar ma’ruf nahi munkar dengan keilmuan, membagi-bagikan karya tulisnya kepada masyarakat, dibanding beretorika dari podium kepodium. Karena KH Bahri, KH Qusyairi, Kyai Muslih dan Mbah Nawer, tidak melakukan haliyah pidato tersebut.
Dengan begitu sangat dima’lumi bila Beliau tidak pernah menginjakan telapak kakinya di kantor-kantor pendopo, baik Bupati maupun DPRD. beliau melakukannya bukan karena sombong atau pendopo itu najis atau apa, Akan tetapi karena beliau sadar itu bukan job beliau dan menteladani uswah guru-gurunya seperti Kyai Bahri, Kyai Jamal, Kyai Iskandar, Kyai Muslih Mbah Nawer dan Ayanda Mbah Bahrudin. Mala beliau lebih sering bersilaturahmi dan dekat dengan dengan orang-orang non islam, dengan orang china sebab meniru apa yang pernah dilakukan Mbah Kalam Kakek Beliau.