Portalarjuna.net- Menengok kembali peristiwa 10 November, Hari dimana terjadi pertempuran hebat antara arek-arek Suroboyo dengan serdadu NICA yang diboncengi Belanda. Setidaknya dalam pertempuran sengit tersebut kurang lebih 6000-16000 pejuang indonesia nyawanya melayang, dan sekitar 200,000 rakyat sipil mengungsi. sedangkan dari pihak penjajah (inggris dan india) kira kira sejumlah 600-2000 tentara. (wikipedia.org). dan setelah itu menjelang tahun 50-an peristiwa tersebut oleh Presiden Soekarno di tetapkan sebagai Hari Pahlawan. Menurut sejarawan Universitas Indonesia (UI) JJ Rizal, Bung Karno sengaja memanfaatkan momentum itu untuk melegitimasi peran militer dalam perjuangan merebut kemerdekaan. Sehingga nilai kepahlawanan tersemat dalam sebuah perjuangan melawan agresi militer. (okezone.com)
Sejak itulah lahir tokoh-tokoh yang menyandang gelar pahlawan, namun hal tersebut tidak semena-mena kita anggap sebagai hal yang positif karena salah satu sejarawan indonesia mengatakan, sejak zaman Soeharto. Indonesia menjadi negara yang terus memproduksi pahlawan dengan penilaian yang lebih cenderung pada pertimbangan politik. Dimana pahlawan lebih banyak berasal dari lembaga Kemiliteran atau Kepolisian. Berbeda dewasa ini di era Presiden Jokowi juga melakukan hal demikian tetapi tidak kepada pihak militer maupun kepolisian melainkan yakni memberi gelar pahlawan nasional kepada salah satu pendiri Nahdatul Ulama KH Wahab Hasbulloh. Pemberian ini tidak semata-mata gelar ceremonial belaka, melainkan wujud terima kasih bangsa kepada jasa-jasa beliau, sebab pengungkapan sejarah terkait Ruh perlawanan 10 november adalah resolusii jihad 22 Oktober yang kemudian juga ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional oleh Presiden Joko Widodo.
Dari sudut pandang politik kita sah-sah saja mengatakan bahwa Jokowi melakukan hal demikian faktor balas budi sebab Jokowi-Jk adalah pasangan yang diusung dari mayoritas partai berideologi NU, berbedah dengan Prabowo-Hatta lebih condong didukung Muhamadiyah sebab Hatta merupakan Pimpinan Partai berbasis Muhamadiyah. Kecurigaan penulis dengan hal demikan adalah kenapa tidak pada saat Gusdur menjabat presiden saja Pengasuh PP Tambak Beras tersebut mendapat gelar Pahlawan?. Sejatinya tidak salah hal tersebut, karena memang pengorbanan KH Wahab yang tanpa pamreh pada bangsa sangat besar. Akan tetapi Beliau sendiri sebenarnya tidak berharap dirinya diberi gelar pahlawan beliau berusaha menutupi segala amal baiknya kuml dalam membela tanah air. Sebagaimana yang penulis kutip dari website islam toleran “Mengungkap peran Kiai Wahab sebagai komandan Barisan Kiai di era Revolusi Kemerdekaan tahun 1945-1949 memang amat susah. Karena Kiai Wahab sendiri menutupi keberadaan laskar kiai-kiai khos ini. Dan hanya orang-orang tertentu saja yang tahu. Kalau Peran Kiai Wahab ini bisa terungkap, sudah selayaknya beliau dapat penghargaan anugerah pahlawan nasional untuk tahun ini. Karena dengan barisan ini, perjuangan kemerdekaan di kalangan rakyat benar-benar menjadi dinamit yang mengekalkan semangat heroik dan daya juang rakyat kita di lapangan dalam berperang melawan penjajah”.
Yang menjadi pertanyaan hari ini adalah semua penjajah bersenjata tidak lagi melakukan ekspedisi, agresi militer serta telah pulang ke kampung halaman masing-masing, tetapi….Masih adakah orang yang pantas di juluki pahlawan bangsa mengingat negara kita telah merdeka…? Faktanya gelar guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa kini tidak releven karena seringkali terjadi tuntutan, demo guru-guru menuntut gaji, pesangonnya. Namun dari kaca mata penulis masih ada segelintir orang yang pantas di sebut sebagai Pahlawan Bangsa, SIAPA PAHLAWAN KONTEMPORER? Pahlawan kontemporer adalah orang yang mau dan berani akuntabelitas (bertanggung jawab) terhadap degradasi moral bangsa atau orang yang “sepi ing pamreh rame ing gawe” (ikhlas) yang mewaqob-kan diri terhadap masyarakat di bidang keilmuan, baik secara teoritis maupun implementasi sebagai paradigma (uswatun hasanah) terhadap agama,bangsa dan negara.
Salah satunya adalah Pengasuh Pondok Pesantren Ngalah yang pantas mendapat julukan PAHAWAN KONTEMPORER BANGSA, di samping beliau juga merupakan pejuang perdamaian dunia, yang mampu mengayomi dan mengayemi seluruh masyarakat yang terkenal hiterogen, dengan misi manusiawinya “Nguwongno uwong.juga Beliau andil besar usahanya dalam mencerdaskan anak bangsa melalui almamaternya.(mus)
Tulisan ini hanya sekdar opini silakan komen opini anda di sini.