Portal Arjuna Jatim-Agama dan dunia tidak akan berdiri tegak tanpa empat pilar sebagaimana disebutkan dalam Tanbiihul Ghaafiliin, hlm.165 yakni Hamzah ibn Muhammad menyampaikan kepadaku: Abu Qaasim Ahmad ibn Hamim menyampaikan kepadaku dari riwayat Nashir ibn Yahya, dia berkata: telah sampai kepadaku dari ahli ilmu, dia berkata: “Agama dan dunia tidak akan bisa berdiri tegak kecuali dengan empat hal; ulama’ (ilmuwan, cendekiawan), umara’ (pemimpin pemerintahan), TNI, POLRI, dan para pekerja (pengusaha, karyawan, petani, pedagang dll)”, jadi keempat pilar tersebut seyogyanya menjalin kerja sama dalam membangun peradaban, kedamaian serta kesejahteraan umat, keempat unsur tersebut layaknya dinakodai oleh pemimpin kompeten, jangan sembarang orang misalnya seorang cendekiawan yang menjadikan ilmunya biang kerusuhan ex bom nuklir, Kepala pemerintah yang korup, Kapolri yang semena-mena, Pemimpin Perusahaan yang hanya mementingkan kantong pribadinya dsb.
Oleh karena itu peran keempat pemimpin tersebut dalam menegakan agama dan dunia sangat penting, dengan demikian perlu kiranya kriteria-kriteria khusus agar tidak terjadi sebaliknya dalam arti merobohkan agama dan dunia. Kewaspadaan ini nampaknya diharuskan dengan membuat devinitif dan kriteria releven dengan bidangnya masing-masing misalnya menjadi Pemimpin/Kepala lembaga di Yayasan Darut Taqwa salah satu syaratnya adalah Lulus Madrasah Mua’limin Mua’limat M3. ini merupakan pertimbangan dan keputusan Pengasuh yang disampaikan saat sambutan kuliah perdana M3, dan jika tidak ada maka terpaksa GUSnya yang turun tangan, tapi naudzubillah kalau sampai anak cucu kami yang jadi kepala lembaga. Dawuhnya.
Secara devinitif Beliau mengartikan Pemimpin sebagai orang yang lebih mementingkan kepentingan orang lain dari pada kepentingan pribadinya, Beliau mematakan teori yang mengatakan bahwa pemimpin adalah orang yang diikuti orang banyak, analogi sederhananya bagaimana dengan Maling yang juga diikuti banyak orang red kejar apakah itu pemimpin? Hal ini yang Beliau dawuhkan pasca terbentuknya Struktur baru Universitas Yudharta Pasuruan 2015 disaat ngaji tafsir, menurut Beliau pemimpin sama halnya dengan orang Pandai, sambungnya, orang pandai itu bukan karena pandai retorika atau diskusi, debat belaka bukan, akan tetapi sudah sampai mana ia dapat mengimplementasikan keilmuannya. Beliau rujukan kepada Qoidah Tasawuf, yang kemudian penulis nukil dari kitab Antologi Imam Syafi’i.
ان الفقيه هو الفقيه بفعله # ليس الفقيه بنطقه ومقاله … وكذا الرأيس هو الرأيس بخلقه # ليس الرأيس بقومه ورجاله
Pengasuh asrama J dan K dalam sambutan pelantikan pengurus menambahkan, bahwa setiap individu merupakan pemimpin yang nantinya akan dituntut bertangung jawab atas perbuatannya, yang dirujukan pada hadist Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertangung jawaban atas apa yang dipimpinnya. Beliau memaknai hadist ini secara luas, interprestasi beliau tidak sekedar merujuk pada pengertian pemimpin sebagaimana lazimnya, melainkan setiap pribadi merupakan pemimpin bagi dirinya sendiri. Pemimpin bukan hanya ketua kamar, kepala asrama kepala pondok tetapi setiap individu juga akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang telah diperbuat, misalnya mulutnya sering berkata kotor, tangannya yang suka mengambil barang orang, kakinya yang salah jalan, bolos sekolah, pulang tidak izin, matanya yang tidak menjaga pandangannya. Maka setiap individu perlu memanajemen diri sendiri, atas apa yang seyogyanya dilakukan dan apa yang tidak patut dilakukan (mus)