Pasuruan, Jawa Timur
Kamis, 25 April 2024

Analisis Perkembangan Hubungan Interpersonal Santri Baru Pondok Pesantren Ngalah Pasuruan, dengan Pendekatan Teori Jalaluddin Rakhmat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

PesantrenDiskripsi Masalah

Santri baru merupakan para santri yang terdaftar di pondok pesantren yang akan memulia kehidupan dengan kegiatan mendalami keilmuan di pondok pesantren. Santri yang belajar di pondok pesantren pada umumnya tidak hanya berasal dari daerah dimana pondok pesantren tersebut berdiri, melainkan tak sedikit yang datang dari luar kota, yang memiliki bagrond budaya, adat istiadat dan lingkungan yang variatif.
Keadaan tertesebut tentu akan membuat para santri mengalami perubahan dan penyesuaian terhadap lingkungan baru yang ditempatinya, sehingga akan mengalami berbagai permasalahan yang pada akhirnya akan membuat mereka stres. Biasanya permasalahan yang muncul berawal dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial di tempat baru.
Dari hasil analisa beberapa santri baru di Pondok Pesantren Ngalah Pasuruan, didapati bahwa permasalahan yang sering dirasakan adalah hambatan penyesuaian diri, kesulitan bergaul, sulit berkomunikasi dengan teman, maupun dengan lingkungan tempat tinggal. Disamping itu juga terdapat beberapa santri yang mengalami permasalahan dengan peraturan pondok pesantren, yang membuat mereka merasa berbeda dengan kondisi sebelum mengikuti kegiatan di pondok pesantren. Sehingga beberapa permasalahan tersebut membuat sebagian dari mereka merasa terbebani, mengalami stress bahkan menimbulkan hasrat untuk boyong.
Lingkungan baru tidak selalu dapat dijalani dengan baik oleh santri baru, faktanya banyak dari santri tersebut mengalami kendala dalam berbagai hal. Menghadapi tantangan seperti ini para santri selayaknya bisa menyesuaikan diri dengan baik dimana penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan jiwa/mental individu dan mencancel keinginan untuk boyong dari pesantren. Kendala-kendala diats tentuakan sedikit terkurang jika santri baru dapat menjalankan hubungan interpersonal yang baik, karena dengan hal tersebut akan dapat menfasilitasi dalam penyesuain diri baik dengan lingkungan, maupun berbagi pengalaman masing antar individu/ santri baru.
Maka sangat perlu kiranya mengetahui perkembangan hubungan interpersonal santri baru Pondok Pesantren Ngalah Pasuruan, karena apapun bentuk hubungan yang terjadi, dinamika sebuah hubungan interpersonal akan tumbuh, berkembang dan berakhir dan analisis ini akan mengunakan teori tahap perkembangan Hubungan Interpersonal Jalaludin Rahmat.

MASALAH
Jalaluddin Rakhmat, dalam bukunya “Psikologi Komunikasi” meringkas perkembangan hubungan interpersonal menjadi tiga tahap: yakni pembentukan hubungan, peneguhan hubungan dan pemutusan hubungan.
1. Pembentukan hubungan.
Tahap ini sering disebut sebagai tahap perkenalan (acquintance process). Fokus pada tahap ini adalah proses penyampaian dan penerimaan informasi dalam pembentukan hubungan. Informasi yang diperoleh tidak selalu melalui komunikasi verbal melainkan juga melalui komunikasi nonverbal. Biasanya pada tahap ini santri baru harus dibimbing langsung oleh Ketua Kamar/santri senior, bahkan sangat sulit menyatukan hubungan interpersonal jika si santri mempunyai latar belakang kepribadian pemalu dan tertutup. Hal ini berbeda dengan Santri baru yang sudah mempunyai hubungan interpersonal (missal ada hubungan keluarga, tetangga desa atau teman sekolah.) baik dengan santri senior cendrung lebih cepat kerasan, muda bergaul dengan teman sebayanya. Dalam proses pembentukan hubungan mayoritas didukung karena factor persamaan baik kelas pendidikan,minat, atensi.
2. Peneguhan hubungan
Hubungan interpersonal tidak bersifat statis tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor penting untuk memelihara keseimbangan, yaitu keakraban, kontrol,respons yang tepat dan nada emosional yang tepat. Ketika si santri baru sudah menemukan persamaan dengan santri baru lainnya mereka akan masuk pada tahap yang lebih intim atau akraban, mereka biasanya kemanapun selalu bersama bahkan bila salah satu hendak makan, satunya juga merespon ikut, beli kebutuhan mandi, bermain, dan selalu mengontrol kegitan satu samalainnya. Misalnya jika waktu sholat maupun kegiatan pesantren akan dimulai jika posisi mereka masih bermain maka secaraspontanitas tidak takut mengajak untuk kembali keasrama untuk kegiatan.
3. Pemutusan hubungan
Suatu hubungan interpersonal yang paling harmonis sekalipun dapat mengalami pemutusan hubungan, mungkin karena kematian, mungkin karena konflik yang tidak terselesaikan dan sebagainya. Dalam kaittannya dengan santri baru pondok pesantren ngalah tahap ini akan terjadi bila sudah tidak ditemukan kecocokan satu dengan lainnya, bahkan pemutusan hubungan juga terjadi meskipun hubungan itu masih seumur biji jagung, jadi dalam tahap ini waktu tidak bisa menjadi barometer pemutusan hubungan karena ada yang sampai bertahun-tahun hubungan interpersonal santri dengan santri lainnya tetap berjalan, bahkan hingga sudah keluar dari pesantrenpun. Dalam kasus santri baru ini pemutusan hubungan lebih cendrung terjadi jika salah satu merasa dirugikan sebagaimna salah satu model dalam hubungan interpersonal yakni model pertukaran social yang memandang hubungan interpersonal sebagai interaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya.Ganjaran, biaya, laba dan tingkat perbandingan merupakan empat konsep pokok dalam teori ini.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tulisan Terakhir

Advertorial