PKL Pedagang kaki lima yang berada didarut taqwa merupakan sekelompok orang yang menjajahkan barang dagangnya kepada stakeholder darut taqwa, dimana sebagaimana yang dimuat dalam rubrik jurnal kita edisi pertama menyebutkannya sebagai pasar senggol, banyak produk yang dijual diantaranya Mie, Es Tebu, Cilok, Cimol, Bakso, Nasi, Martabak, Makanan ringan, Asecoris, Serbu/Serba Seribu,dan sebagainya, bahkan salah satu penjual Asecoris KAPEKA pernah dimuat media massa local dengan omset Jutaan Rupiah.
Penjual es tebu ini merupakan satu dari sekian puluhan PKL yang beroperasi, saat diwawancarai, Ibu yang rumahnya di Wono Rejo ini mengaku pendapatan tiap harinya minimal tidak mati dari Rp. 50.000 dan maksimal sekitar Rp. 70.000-Rp. 80.000. pertama kali ibu ini jualan adalah disaat putanya yang bernama Fahmi sangat menghendaki mondok dan bersekolah, akan tetapi beliau menyadari ekonomi keluarganya sangat pas-pasan, dengan rasa optimisnya tinggi ketika buah hatinya mondok rizki akan lancer akhirnya ia menaruh putranya di pondok pesantren Ngalah dan menyekolahkannya di SMP bhineka tunggal ika.
Dalam proses beberapa bulan akhirnya, disaat beliau mengunjungi/ngirim putranya ia melihat keramain orang-orang berjualan yang laris manis, dan ia melihat ada peluang juga untuk menjajhkan daganganya ditemapt ini. Atas inisiatif tersebut kemudian si ibu sowan ke Romo Kyai memohon izin untuk berjualan disana. Sejak saat itulah si ibu berjualan dengan didampingi suaminya.
Ibu yang murah senyum ini juga mengaku kalau pihaknya membayar seribu rupiah yang diberikan kepada salah satu pedagang atas kerja ekstranya membersihkan sampah-sampah. Menurutnya uang 1000 tidak maslah yang penting lokasi bersih dan keasrian tetap terjaga. Saat kami bertanya seandainya PKL ini dipindahkan ketempat yang baik oleh yayasan, ibu pun menjawab dengan penuh kesadaran bahwa dirinya hanya ngampung untuk menyambung hidup dan membiayai anaknya dipesantren ngalah, maka apapun keputusannya ia akan menerima dengan legowo.