Pasuruan, Jawa Timur
Minggu, 8 September 2024

Nafasku di Nafas subuh (Wa Subhi Idza Tanafas), Sebuah Kisah Santri

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

 

portalaarjuna.net-Asholatu khorun mina nauum; Allah Al-akbar- Allah Al-akbar La ilaha ilaa Allah. Seiring dengan sayupan angin yang membawa panggilan sholat mataku terbuka dari kegelapan malam. Bangun tidur kali ini tak seperti biasanya, aku merasa ada yang beda kenapa ya,,,?

Astaufirullah aladhim… bunga tidur semalam telah melayangkanku lelap dalam samudera keindahan, sebuah mimpi barometer kedewasaan seseorang, yang tak halal bagiku memenuhi ibadah bila tak mandi terlebih dahulu… Gimana ini?, benak ingat bahwa persedian air mandi relatif sedikit, mungkin sekedar untuk mensucikan hadas kecil, apa lagi terlihat duyung-duyung sesak antrian di kamar mandi. tak ambil panjang pikir ku putuskan untuk berangkat ke sungai, karena tak ada pilihan lain memang tanpa mandi keramas itu, ku tak dapat melaksanakan pangilan subuh ini.

Sempat ku berhenti sejenak seraya benak sadar, bahwa kewajibanku bukan hanya sholat akan tetapi aku juga harus kegiatan belajar membaca alquran (MQ). Masa bodoh aaaah . yang penting aku masih bisa merasakan hembusan waktu subuh.  Kulitku mulai merasakan diginnya udara embun pagi pesawaan.. tingal beberapa lagkah lagi, kakiku menginjak sungai yang biasanya, sepulang sekolah aku dan teman-teman, mencuci baju dan berenang-renang.

Dingannya air tak mengalahkan hasratku untuk menikmati ciptaan tuhan ini. Secara diam-diam aku melihat Rian, yang terlihat seperti dikejar anjing, suut yan..yan ngapain kamu? Gak ngapain-ngapain sautnya, tapi kok kayak dikejar anjing galak gitu?”, kalau ini lebih dari anjing galak….jawabnya.  lebih dari anjing galak… jawaban rian menimbulkan tanda tanya akan keluguan ku… emang kamu gak pernah apa dikejar cak tomi. Aku yang belum pernah sekalipun berurusan dengan keamanan agaknya tak percaya dengan apa yang dikatakan rian… emang si banyak yang bilang kalau cak tomi itu galaknya minta ampun tapi aku pernah disapanya, malah ia pernah minta tolong suruh beliin kopi, ia pun ikhlas memberiku sebungkus kue.

La kamu sendiri ngapain Rif, dengan muka kemerah-merahan, gak, aku cuma pingin merasakan mandi di sungai subuh-subuh, kan tahu sendiri diasrama airnya habis. Gak takut apa dengan keamanan, takut ngapain kan sama-sama makan nasi ketusku.  Seiring dengan itu saya ingat, astaufirulloh aku belum sholat ..gegasku naik dan memakai pakain, rian aku balik dulu … sambil  melangkahkan kaki menuju asrama. Terlihat kekerumunan berbaju muslim rapi lengkap serta al qu’an mereka bawa dengkapkan tubuhnya. Disudut asrama  mataku tersorot dengan sosok yang diceritakan rian. Waduh gimana ini….tole kanan tole kiri tak ada pilihan lain kecuali diam diri digubuk sawah petani, aku takut dimarahi dan dihukum, apa lagi cak tomi tak pernah lepas dari pusaka penjalinnya. Kalau sampai pusaka itu melayang ke tubuh gimana… terus ibu tahu bekasnya.. bisa-bisa ia marah besar.. pungkasnya kuputuskan untuk menungu hingga cak tomi beranjak, kulihat langit waktu subuh seakan terkikis, rasa cemas menyertai takut setia terhadap diri. Ku soroti sudut asrama dan ternyata… alhamdulilah cak tomi tak tampak lagi wujudnya, ini artinya  aku bisa kembali ke asrama dan pastinya sholat subuh.

Masih diambang pintu kegelisaanku tumbuh lagi, tetkala terlihat gembok tergelantung di pintu kamar. saya baru ingat bahwa diasrama A keamanan membuat kebijakan pada saat kegiatan kamar wajib dikunci. Bagaimana tidak matahari sudah tak sabar lagi menyinari semesta, tapi aku belum melaksankan pangilan fajar. ku pelototi seluruh ruang di asrama hanya ada satu ruang yag tak terkunci. Yakni UKS, aku berharap sofyan masih ada disana karena masih tadi malam ia merasakan pusing kepalanya. Dugaanku benar dan terlihat ia pun baru melaksanakan sholat. Yan boleh  pinjam sarungnya?… tentu, ini baru tak lipat, jawabnya dengan nada lemas selayaknya orang sakit. Alhamdulilah akhirnya aku bisa sholat juga.

Baru sepuluh langkah dari UKS indraku mendengar suara yang tak asing lagi ditelinga, suara alarm untuk bangun dari pulau kapuk dan kegiatan-kegiatan pesantren, yang sedang megaji di masjid. betapa gentarnya hati, niatku semakin ragu, kakiku maju mundur, betapa takutnya rasa ini, akan tetapi disisi lain aku belum sholat subuh. Sudahlah akhirnya kuputuskan untuk tak berhenti disepuluh langkah, lahan demi lahan ku buka pintu masjid secara spontan gema ilahi rabi berhenti seiring sapaannya , kok tidak MQ, maaf cak saya baru mandi dari jempinang nama sungai , oh … sudah sholat?,  tanyanya dengan rama, belum’ kamu sholat dulu. Ya cak. mungkin ayat-ayat alquran telah melelehkan hatinya, karena tak seperti yang ada dibenakku, biasanya ia tak segan untuk memberi pelajaran setimpal bagi santri yang absen kegiatan apalagi sampi tidak jamaah. dan kini aku baru bisa bernafas lega serta melakukan sholat subuh di hebusan nafas terakhirnya.

Pukul 06:15 WIB, disaat asrama tak sunyi lagi, telinga terdengar pengumun bagi nama-nama yang saya panggil silakan berkumpul di kamar keamanan, perasaanku seakan tak terbayang lagi, aku takut namaku terjaring, apa lagi sampai dipanggil orang tua,,, ya Allah gi mana ini…??? akhirnya tunggu kelanjutan kisahnya.

Ditulis Oleh Muslim santri Pondok Pesantren Ngalah

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tulisan Terakhir

Advertorial