Portalarjuna.net– Menjadi petani tebu di Indonesia khususnya di pulau Jawa Timur penuh ketidakpastian. Produktivitas lahan dan rendahnya efisiensi pabrik gula membuat para petani tebu ini bisa merugi karena biaya pokok produksi lebih mahal daripada harga jual atau harga lelang di pabrik gula.
Para petani tebu dibeberapa wilayah termasuk di Desa Lowok Gempol, Kecamatan Ngajum, Malang mengaku merugi pada musim panen kali ini dikarenakan harga jual tebu yang terus menurun. Selasa (29/8/17).
Musim penggilingan memang sudah berlangsung sejak awal musim kemarau. namun, dibarengi dengan anjloknya harga jual tebu yang semakin menurun. Penurunan harga tersebut dikarnakan hasil panen tebu dipotong sebanyak 10% oleh Pemerintah.
Menurut salah satu petani tebu mengatakan bahwa harga hasil panen tebu tahun ini ditingkat petani hanya Rp. 25.000 perkwintalnya yang sebelumnya bisa mencapai Rp.35.000 sampai Rp.45.000 perkwintalnya. Rendahnya harga tebu tersebut membuat petani pemilik lahan tebu merugi karna tidak bisa menutupi biaya produksi tanam tebu selama satu tehun ke depan.
“Penurunan harga tebu ini bisa meyebabkan saya sebagai petani tebu merugi banyak karna mengingat penanaman tebu membutuhkan biaya yang cukup besar. Jika tahun depan harga jual tebu masih menurun kemungkinan saya tidak akan menanam tebu lagi. melainkan saya akan menanam yang lain seperti menanam jagung dan padi.” Kata Kastanu sebagai petani tebu. (El).