Pasuruan, Jawa Timur
Rabu, 4 Oktober 2023

Merakit tanpa Sketsa, Andalkan Imajinasi

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Portalarjuna.net-Barang rongsokan memang tak selamanya harus dibuang. Di tangan Mochammad Tofa, barang rongsokan bias disulap menjadi mainan. Kreasinya kini menjadi koleksi dirumahnya.

Tak banyak yang menonjol di ruang tamu sebuah rumah yang terletak di Gang Buncit, Dusun Surengrono, Desa/Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Pasuruan, pagi itu. Selain perabotan yang mengisi ruang tamu seluas 4×3 meter, juga ada figura foto tergantung pada dinding yang berwarna putih.

Hal berbeda saat pandangan terhenti di sudut kanan ruangan. Sebuah elatase berukuran sedang menampilkan puluhan koleksi mainan. Bukan seperti mainan sekadarnya yang dapat ditemukan di pasaran. Tak lain ialah Mochammad Tofa, 24, pemilik mainan-mainan itu.

Di etalase itu, ada sekitar 70 mainan berhasil ia buat. Uniknya, semua mainan itu adalah hasil kreasinya. Bukan buatan pabrik. Seluruh mainan itu dibuatnya dengan penuh ketelatenan. Kreasinya juga ciamik. Ada yang berupa robot, motor gede, ataupun motor chopper.

Ada beberapa di antaranya yang menyerupai aslinya. Detail sampai ke dalam, seperti motor dengan mesinnya. Begitu juga dengan robot. Tak ubahnya tokoh di film Transformers, robot-robot itu ada yang berbahan metal Karena dibuat dari barang rongsokan berupa besi. Tak jarang pula yang asal alias menuruti imajinasinya sendiri.

Pemuda yang pernah kuliah desain grafis di kota Malang itu memang mengakui dirinya sangat mencintai apapun yang berbau robot. Semenjak kecil, ibunya terbiasa membelikannya mainan. Awal kegiatannya membuat mainan, sejatinya berawal dari ketaksengajaan.

“Awal membuatnya memang tak sengaja, sejak kelas 2 SMK. Saat itu hanya untuk mengisi waktu luang saja, “ ujarnya sembari menunjukkan beberapa koleksi mainan buatannya di etalase.

Hingga suatu ketika, saat Tofa membersihkan kamar tidurnya, ia tak menyangka mendapati banyak koleksi mainan semasa kecilnya. Sayangnya, sejumlah koleksi mainan yang ia temukan itu sudah dalam keadaan rusak.

“Mau dibuang kan saying, akhirnya saya kumpulkan bangkai mainan itu,” imbuh lelaki yang kini menjalankan bisnis online shop tersebut. Tanpa piker panjang, saat itu Tofa melampiaskan imajinasinya. Satu persatu bangkai mainan ia rangkai, tanpa sketsa. Untuk dapat menyatukan satu komponen dengan komponen lainnya, Tofa menggunakan Lem. Tak terasa, sehari penuh ia habiskan untuk merangkai karya pertamanya itu.

“Dari pertama kali membuat ya ngalir gitu aja, memang tidak ada sketsanya, imajinasi murni,” ungkap mahasiswa jurusan Komunikasi Universitas Yudharta Pasuruan tersebut.

Ternyata, pengalaman pertamanya merancang mainan sendiri itu membuatnya ketagihan. Itu, dilakukannya saat duduk di bangku kuliah, bahkan hingga saat ini. Tofa kian getol menyalurkan imajinasinya dengan merangkai mainan dengan bahan bekas.

“Setelah itu, memang saya ketagihan. Akhirnya saya beli barang rongsokan kiloan di pengepul rongsokan di sekitar pasar Sukorejo. Jadi, semua bahannya dari barang rongsokan seperti korek api, pulpen, kabel, tutup botol, bekas mainan rusak, hingga pretelan keyboard computer,” paparnya.

Sesampainya dirumah, Tofa langsung mencuci bersih lalu menjemur seluruh barang rongsokan itu. Kemudian dia memilah barang-barang tersebut. Mana yang bias dipakai, diambil. Lalu dikumpulkan sesuai ukuran. Kalaupun ada bahan yang tak dapat dipakai membuat satu mainan, Tofa masih menyimpannya. Menurutnya, suatu saat pasti akan terpakai. Karena semuanya masih bias dimanfaatkan.

Memang ada trik tersendiri dalam membeli barang rongsokan. “kebanyakan saya membeli bahan yang kecil-kecil Karena untuk membuat mainan-mainan itu lebih banyak bermain pada detailnya,” katanya di sela-sela mengelem salah satu mainan buatannya.

Saking terbiasanya, proses mendaur ulang barang-barang bekas menjadi mainan itu pun tak memakan waktu lama. Untuk beberapa mainan yang dibuatnya, Tofa biasanya membutuhkan tiga hari. Hari pertama untuk membuat rangkaian, hari kedua untuk mengecatnya, hari ketiga menambah detail pada sisi-sisi yang perlu ditonjolkan.

Kendati demikian, Tofa masih belum berniat untuk menjual koleksi mainan yang lahir dari tangan dinginnya itu. Menurutnya, puluhan mainan yang dibuatnya tak lebih untuk sekedar pajangan. Saat disinggung tentang usaha kreatif terkait hobinya itu, Tofa termenung. Sesaat kemudian ia menjawab, “Sepertinya masih belum layak, harus lebih bagus dari ini. Sementara mainan-mainan itu saya nikmati sendiri saja.” Jawabnya.(Tofa)

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tulisan Terakhir

Advertorial