Portalarjuna.net, Mojokerto – Pendopo Agung Mojokerto, sebuah tempat bersejarah dan situs religi yang sarat dengan nilai-nilai budaya, merupakan destinasi yang tak hanya memikat wisatawan lokal, tetapi juga para pencari spiritualitas. Didirikan pada tahun 1966, pendopo ini memancarkan kekayaan sejarah Majapahit melalui pondasi batu yang masih kokoh berdiri hingga kini.
Menariknya, pendopo ini bukan hanya sekadar bangunan, melainkan juga petilasan yang menyimpan jejak Raden Wijaya dan Patih Gajah Mada. Sejak awal pendirian, tempat ini telah menjadi pusat pertapaan bagi masyarakat setempat. Dilansir dari sumber terpercaya, rata-rata 100 orang mengunjungi pendopo setiap harinya. Lonjakan pengunjung terjadi pada malam Jumat Legi dan lebih signifikan pada akhir pekan.
Bagian tengah pendopo dikelilingi oleh pondasi batu yang menyimpan nilai sejarah yang mendalam. Adalah Bapak Adip Sugiono, salah satu tokoh setempat, yang mengungkapkan, “Kerajaan Majapahit gemar memelihara hewan berwarna putih, termasuk kuda putih, ayang putih, dan bahkan gajah putih.” Ungkapan ini memperkaya pemahaman akan kekayaan alam dan budaya pada masa lalu.
Di belakang Pendopo Agung, terdapat sebuah prasasti bernama “Patok Gajah,” yang pada zamannya digunakan oleh Tri Buana Tunggah Dewi untuk mengikat gajah kesayangannya. Patok Gajah ini memberikan kesaksian akan kedekatan manusia dengan hewan-hewan istimewa dalam kerajaan Majapahit.
Petilasan Eyang Prabu Brawijaya, yang berada di belakang Pendopo Agung, menjadi saksi bisu ikrar sumpah Amukti Palapa. Tempat ini menjadi landasan kuat dalam menyatukan tekad para pejuang Majapahit untuk mempertahankan kehormatan dan martabat kerajaan.
Pengelolaan dan pemeliharaan pendopo dibantu oleh seorang juru kunci bernama Ki Anom Suroto, yang kini sudah memasuki generasi ke-4. Ki Anom Suroto menjelaskan dengan penuh semangat tentang warisan leluhurnya dan tanggung jawabnya dalam menjaga kesucian Pendopo Agung sebagai penjaga sejarah.
Pendopo Agung Mojokerto, dengan segala keindahan arsitektur dan nilai sejarah yang diusungnya, tetap menjadi destinasi utama bagi para pelancong sejarah dan spiritualitas. Keberadaannya menjadi bukti nyata keagungan dan kebijaksanaan nenek moyang, serta menjadi tempat bersejarah yang menyentuh hati setiap pengunjungnya.
Author : Dewi Nur Azizah, Baiq Helda Maylinda A.
