Portalarjuna.net, Tosari – Hari Raya Karo menjadi salah satu momen sakral bagi masyarakat Suku Tengger. Di antara berbagai ritual, Tari Sodoran menonjol sebagai warisan budaya yang sarat makna. Tarian ini dilakukan oleh pria dan wanita dengan tongkat bambu atau sodor sebagai properti utama. Gerakan tarian ini melambangkan siklus kehidupan manusia, mulai dari lahir, tumbuh, hingga kembali ke alam.
Menurut Romo Puja Pramana, seorang Dukun Pandhita Tengger, Tari Sodoran adalah lebih dari sekadar tarian. “Ini adalah bentuk doa yang melibatkan tubuh, jiwa, dan alam. Gerakan sodor mencerminkan keseimbangan yang harus dijaga dalam hidup,” ungkapnya.
Diiringi alunan gamelan khas Tengger, Tari Sodoran juga menjadi sarana edukasi bagi generasi muda. Bapak Haryono, budayawan lokal, menekankan pentingnya regenerasi tradisi ini. “Tari Sodoran bukan hanya seni, tapi juga pelajaran tentang harmoni kehidupan yang diajarkan leluhur,” jelasnya.
Tari Sodoran juga menjadi daya tarik bagi wisatawan yang hadir saat Hari Raya Karo. Mereka dapat melihat bagaimana budaya Suku Tengger tetap lestari di tengah modernisasi. “Tradisi ini mengingatkan kita untuk hidup selaras dengan alam dan spiritualitas,” tambah Romo Puja.
Sebagai bagian dari perayaan Karo, Tari Sodoran tidak hanya memperkaya perayaan tersebut tetapi juga mengajarkan makna mendalam tentang hubungan manusia dengan alam, leluhur, dan Sang Hyang Widhi. Tarian ini adalah cerminan kekayaan budaya Tengger yang terus hidup dan berkembang.
Author : Muhammad Iqbal Sya’bani