Portalarjuna.net, Pasuruan – Desa Candibinangun, Kecamatan Sukorejo, dikenal luas sebagai sentra produksi tape yang menjadi ciri khas sekaligus kebanggaan masyarakatnya. Namun, dalam menghadapi arus pasar modern yang semakin kompetitif, produk lokal tidak hanya dituntut untuk memiliki rasa yang khas dan kualitas terjaga, tetapi juga harus mampu tampil menarik di mata konsumen. Salah satu cara untuk menjawab tantangan ini adalah melalui inovasi kemasan.Jum’at (01/08/2025).
Melihat pentingnya peran kemasan dalam pengembangan usaha kecil dan menengah, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Yudharta Pasuruan berinisiatif mengadakan kegiatan bertema “Membangun Desa Wirausaha melalui Ekonomi Kreatif” dengan fokus pada Inovasi Kemasan di Desa Candibinangun. Kegiatan ini melibatkan pelaku usaha lokal, perangkat desa, dan masyarakat sekitar, dengan tujuan memberikan pemahaman lebih dalam mengenai arti penting kemasan bagi sebuah produk, serta bagaimana menyesuaikan inovasi tersebut dengan kebutuhan pasar.
Suasana kegiatan berlangsung interaktif. Para peserta tidak hanya mendengarkan pemaparan mengenai fungsi kemasan, tetapi juga diajak memahami dinamika pasar lokal dan tantangan yang dihadapi para pelaku usaha. Dari diskusi terungkap bahwa kemasan memiliki peran vital: menjaga produk tetap aman dari kerusakan fisik seperti benturan, tekanan, cahaya, dan kelembapan, sekaligus menjadi identitas visual yang membedakan satu produk dengan produk lainnya. Kemasan yang tepat mampu meningkatkan kepercayaan konsumen, memberi kesan profesional, bahkan menambah nilai jual.
Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan kondisi yang berbeda. Berdasarkan pengalaman pelaku usaha, sekitar 70 persen pasar di Candibinangun masih bersifat tradisional.
Karakteristik pasar ini membuat konsumen cenderung mengutamakan kepraktisan dan harga terjangkau dibanding tampilan kemasan yang mewah. Sebagai contoh, kemasan kardus dengan harga Rp10.000 meskipun menarik secara visual, dianggap tidak sesuai dengan daya beli dan kebutuhan pasar lokal. Produk dengan kemasan sederhana dan ekonomis justru lebih cepat laku. Fakta ini menunjukkan bahwa inovasi kemasan harus disesuaikan dengan realitas pasar, bukan hanya mengikuti tren modern tanpa mempertimbangkan daya beli masyarakat.
Selain faktor selera dan daya beli, terdapat pula aturan yang perlu diperhatikan pelaku usaha. Misalnya, adanya larangan dari Dinas Kesehatan untuk mencantumkan nomor WhatsApp pada label produk. Aturan ini tentu memberi batasan dalam strategi pemasaran, tetapi sekaligus mendorong pelaku usaha untuk mencari alternatif lain dalam membangun komunikasi dengan konsumen. Dengan demikian, inovasi kemasan tidak hanya berkaitan dengan aspek visual dan fungsional, tetapi juga kepatuhan terhadap regulasi yang berlaku.
Dalam kegiatan ini, mahasiswa KKN juga menampilkan contoh kemasan hasil rancangan yang sederhana namun menarik. Salah satunya berupa kotak berwarna kuning cerah yang menjadi perhatian peserta. Kehadiran kemasan contoh ini memberikan gambaran nyata bahwa inovasi bisa diwujudkan dalam bentuk yang praktis, fungsional, dan sesuai dengan kebutuhan pasar. Uji coba sederhana dilakukan untuk melihat bagaimana kemasan tersebut dapat melindungi produk sekaligus meningkatkan daya tarik. Hal ini menegaskan bahwa inovasi kemasan tidak selalu harus mahal, melainkan bisa dimulai dari ide-ide sederhana yang efektif.
Kegiatan semakin hidup dengan adanya sesi berbagi pengalaman. Pelaku usaha menceritakan bagaimana mereka selama ini menyesuaikan produk dengan kebutuhan konsumen. Ada yang menekankan pentingnya kemasan praktis untuk menjaga daya saing di pasar tradisional, ada pula yang menyoroti perlunya menonjolkan ciri khas lokal dalam desain kemasan agar produk tetap memiliki identitas yang kuat. Diskusi ini memberikan pemahaman bahwa setiap produk memiliki pasar yang berbeda, sehingga strategi kemasan pun harus disesuaikan.
Di akhir kegiatan, seluruh peserta dan mahasiswa KKN berfoto bersama dengan suasana penuh keakraban. Momen kebersamaan ini tidak hanya menjadi dokumentasi, tetapi juga simbol dari semangat kolaborasi antara masyarakat dan mahasiswa. Kegiatan ditutup dengan kesimpulan penting, bahwa inovasi kemasan adalah langkah strategis untuk meningkatkan kualitas dan daya saing produk lokal, namun harus selalu menyesuaikan dengan kondisi pasar serta kebijakan yang berlaku.
Lebih dari sekadar forum belajar, kegiatan ini membawa pesan mendalam. Bahwa pengembangan produk lokal tidak bisa dilepaskan dari aspek kemasan. Tape Candibinangun yang telah lama menjadi kebanggaan desa akan semakin berdaya saing jika dikemas dengan cara yang tepat. Inovasi tidak selalu berarti mahal atau rumit, tetapi tentang bagaimana menghadirkan kemasan yang fungsional, menarik, terjangkau, dan tetap menjaga nilai lokal.
Harapan ke depan, pelaku usaha di Desa Candibinangun semakin terdorong untuk mengevaluasi kemasan produknya dan berani melakukan adaptasi sesuai kebutuhan pasar. Dengan langkah kecil namun konsisten, bukan tidak mungkin produk lokal Candibinangun bisa menembus pasar yang lebih luas, bahkan bersaing di tingkat regional maupun nasional. Semangat inilah yang menjadi inti dari kegiatan inovasi kemasan. Membangun kesadaran, menumbuhkan keberanian untuk berubah, dan tetap menjaga jati diri produk lokal agar tetap lestari di tengah persaingan global.
Author: Yhesica Nur Aura