Portalarjuna.net, Pasuruan – Pernah menjadi tempat yang dihindari saat senja tiba, Kebun Raya Purwodadi kini justru menjadi titik kumpul paling hype di Jawa Timur. Siapa sangka, kebun botani yang dulu diselimuti kabut mistis dan desas-desus horor ini, kini bertransformasi menjadi panggung megah bagi musisi papan atas sekaligus ruang “healing” paling estetis bagi Gen Z.
Masyarakat yang sering melintasi jalur Surabaya-Malang pasti ingat betul bagaimana citra Kebun Raya Purwodadi beberapa tahun silam. Selain lokasinya yang tampak sunyi dan rimbun, area di depan gerbang utama sering dicap sebagai “jalur tengkorak” karena tingginya angka kecelakaan. Kombinasi kejadian tragis di jalan raya dan rimbunnya pohon-pohon raksasa di dalam kebun sempat melahirkan berbagai cerita mistis yang membuat bulu kuduk berdiri.
“Dulu kalau lewat sini rasanya pingin cepat-cepat sampai. Kesannya gelap, sepi, dan banyak cerita aneh-aneh,” kenang salah seorang warga lokal. Kebun seluas 85 hektare ini seolah menjadi raksasa hijau yang tertidur dan dijauhi.” Ujar Pak Odi, tukang Ojek yang biasanya berada di pertigaan Purwodadi.
Namun, beberapa tahun terakhir, narasi horor tersebut runtuh seketika. Kebun Raya Purwodadi melakukan rebranding besar-besaran, membuka diri sebagai ruang publik yang dinamis. Transformasi ini mencapai puncaknya ketika deretan musisi dengan aura dreamy dan folk seperti Nadin Amizah hingga Feby Putri memilih tempat ini sebagai latar panggung mereka.
Suara merdu Nadin yang menyatu dengan embusan angin di bawah pohon-pohon koleksi langka menciptakan pengalaman konser yang magis—namun bukan magis yang menakutkan, melainkan magis yang puitis. Konser-konser ini menarik ribuan anak muda dari berbagai kota, mengubah keheningan hutan menjadi harmoni musik yang syahdu.
Kini, jika Anda mencari tagar #Purwodadi di media sosial, Anda tidak akan lagi menemukan cerita hantu. Sebaliknya, Anda akan disuguhi ribuan foto aesthetic pemuda-pemudi yang duduk di atas kain ala picnic time.
Di balik keramaian konser dan piknik, Kebun Raya Purwodadi tetap memegang teguh fungsinya sebagai pusat konservasi tumbuhan dataran rendah kering. Keramaian yang ada justru menjadi jembatan bagi masyarakat untuk lebih peduli terhadap alam.
Dari tempat yang dulu dihindari karena dianggap penuh misteri, Purwodadi kini menjadi bukti nyata bagaimana sebuah kawasan konservasi bisa “berdamai” dengan zaman. Ia bukan lagi kebun yang angker; ia adalah ruang terbuka hijau di mana sejarah, alam, dan tren masa kini bertemu dalam satu hembusan napas yang segar.
Author : Chusnul Nisa













