Portalarjuna.net, Pandaan — Di perempatan Tamandayu, di bawah panas matahari dan ramainya kendaraan yang melintas, Santoso (51) tampak tekun merangkai potongan limbah menjadi miniatur kapal. Setiap hari ia membawa bahan-bahan bekas dari rumahnya di Japanan untuk dijual demi memenuhi kebutuhan hidup.
Sebelumnya, Santoso bekerja sebagai pembuat relief taman dan kolam, namun menurunnya peminat membuat pesanan berhenti. Kondisi itu memaksanya beralih menjadi pekerja kreatif jalanan. Penghasilannya tidak menentu, terlebih jika hujan turun ia tidak dapat bekerja dan tidak ada pemasukan sama sekali.
Santoso kini hidup hanya bersama satu anak setelah istrinya meninggal dunia. Dengan tanggung jawab sebagai ayah tunggal, ia memilih tetap bekerja keras tanpa meminta bantuan. “Yang penting saya bisa kerja dan anak saya bisa punya masa depan yang lebih baik,” ucapnya.
Selain membuat miniatur, Santoso sesekali mengenakan kostum robot sederhana yang ia buat sendiri dari bahan bekas. Kostum itu digunakan untuk menghibur anak-anak di jalan sekaligus menarik perhatian warga agar dagangannya laku. Kreativitas itu menjadi caranya bertahan di tengah keterbatasan ekonomi.
Tekadnya terlihat jelas di setiap foto: wajah lelah yang tetap tersenyum, tangan yang terus bergerak meski usia semakin menua, dan pandangan penuh harapan untuk masa depan anaknya. Bagi Santoso, kebahagiaan bukan soal kekayaan, tetapi rasa syukur dan semangat untuk terus melangkah.
Author : Galby M.Salji F.













