Portalarjuna.net, Probolinggo – “Rasanya panik. Itu first experience saya healing ke air terjun yang jaraknya lumayan jauh,” kenang Nila (20), wisatawan muda asal Malang, membuka kisahnya tentang Air Terjun Madakaripura di Probolinggo.
Air Terjun Madakaripura, permata tersembunyi di kaki Gunung Bromo, Probolinggo, Jawa Timur, adalah sebuah keajaiban alam yang memancarkan aura spiritual sekaligus keindahan dramatis. Terletak jauh di pelosok Desa Sapih, Kecamatan Lumbang, air terjun ini dikelilingi tebing-tebing curam yang menjulang tinggi, menciptakan formasi gua silinder raksasa yang seolah menelan pengunjung ke dalam keheningan abadi. Konon, lokasi ini adalah tempat terakhir Patih Gajah Mada bermeditasi, menjadikannya bukan sekadar destinasi wisata, tetapi juga saksi bisu sejarah dan spiritualitas Majapahit yang mistis.
Perjalanan Nila dan rombongan bukan dimulai dengan ketenangan, melainkan ketegangan. Semakin mendekati lokasi, jalanan pegunungan menjadi, curam, tikungan tajam, dan hanya muat untuk berpapasan satu mobil dan satu motor. Kepanikan sempat melanda seluruh penumpang. Namun, di tengah kecemasan itu, pemandangan alam yang disajikan seolah menjadi janji yang indah.
Setelah berhasil melewati jalur mendebarkan, petualangan fisik yang sesungguhnya dimulai. Di basecamp, Nila dan rombongannya harus naik ojek motor menuju titik awal trekking, karena kendaraan lain dilarang masuk demi menjaga keasrian kawasan.
Perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh sekitar lima kilometer di jalur setapak. Secara fisik, Nila mengakui ia sangat lelah, apalagi sambil membawa bekal dan menjaga adiknya. Namun, pemandangan di sepanjang jalur adalah obat paling mujarab.
“Saya enggak henti-hentinya berucap ‘Masyaallah,’ karena semuanya yang ada di sana cantik banget, bahkan airnya jernih,” tuturnya.
Perjalanan itu penuh kejutan. Ada momen unik di mana rombongan harus mengenakan jas hujan plastik. Mereka akan melewati jalanan persis di bawah tebing tinggi yang dialiri air deras. Basah kuyup tak terhindarkan. Dalam momen penuh arus itu, bahkan sandal adiknya sempat hanyut terbawa, meski masih bisa diselamatkan.
Selain perjuangan melawan medan, Nila juga menyaksikan adanya human interest yang menyentuh. Ia melihat interaksi antara sesama wisatawan. Rombongannya adalah satu-satunya dari Indonesia, sementara lainnya adalah turis mancanegara dari Malaysia, Tiongkok, dan negara lain. Pertukaran sapaan sederhana seperti, “Where are you from?” menciptakan suasana hangat di tengah pelosok terpencil.
Saat mencapai finish, air terjun raksasa Madakaripura membentang megah. Nila mengaku tak bisa berkata-kata, keindahannya benar-benar sebagus itu. Semua rasa lelah, panik, dan waswas lenyap seketika.
“Sedih, bahagia, sampai mau menangis, kagum, linglung, kayak dibius. Karena memang semanipulatif itu keindahannya,” Nila menggambarkan luapan emosinya.
Di bawah curahan air yang deras, ia merasakan perpaduan luar biasa, tenang, seger, nyaman, bahagia, sedih, terharu, semuanya campur aduk menjadi satu. Rasa lega yang luar biasa setelah menempuh perjalanan tak mudah. Ia bahkan sempat ingin berenang, terinspirasi oleh turis asing, namun ia urungkan karena tak membawa baju ganti.
Nila merasakan ada aura spiritual yang kuat, entah karena wilayahnya yang masih asri seperti hutan atau memang karena Madakaripura dipercaya sebagai lokasi meditasi terakhir Patih Gajah Mada. Ia bergumam dalam hati, “Ternyata ada tempat secantik ini di Indonesia yang letaknya terpencil.”

Meskipun perjalanan penuh tantangan jalur trekking yang jauh, licin dan memaksa mereka menyebrangi sungai kecil, hambatan fisik tersebut justru terobati oleh kehangatan yang tak terduga. Kontras antara kesulitan medan dan kebaikan lokal ditemukan pada unsur sapta pesona keramahan dan pelayanan yang ditunjukkan pemandu.
Nila memberikan apresiasi terhadap pemandu yang mendampingi rombongannya. Ia merasa terbantu. “Saya bisa bilang cukup baik,” ungkap Nila.
Refleksi ini menunjukkan bahwa nilai pariwisata Madakaripura tidak hanya terletak pada keindahan alamnya yang megah, tetapi juga pada kehangatan hati dan keramahan tulus masyarakat lokal yang menyambut wisatawan
Air Terjun Madakaripura adalah bukti bahwa keindahan tersembunyi di pelosok negeri ini mampu menarik hati dunia.
Bagi Nila, perjalanan ini mengajarkan satu pesan moral mendalam, untuk mencapai keindahan luar biasa yang membius, diperlukan usaha, keberanian, dan kesabaran untuk melewati medan yang curam. Ia membawa pulang kesan bahwa healing di Madakaripura bukan sekadar tentang mencapai air terjun, melainkan tentang menghargai setiap langkah, mengagumi keasrian yang tersisa, dan merasakan kedamaian sejati di tengah derasnya curahan alam.
Author : Jesslyn Aulia













