Pasuruan, Jawa Timur
Minggu, 28 Desember 2025

Transformasi Coban Waru: Dari “Lembah Terlarang” Menjadi Primadona Wisata di Pasuruan

Portalarjuna.net, Pasuruan – Gemericik air terjun yang jatuh di antara tebing Dusun Taman, Desa Kayukebek, kini terdengar seperti simfoni yang mengundang wisatawan. Namun, bagi masyarakat setempat, suara itu dulunya adalah peringatan. Coban Waru, nama destinasi tersebut, kini tengah bersolek dan naik daun setelah masa pandemi Covid-19, meninggalkan stigma kelam yang menyelimutinya selama puluhan tahun.

Mundur ke era 2000 hingga 2005, Coban Waru bukanlah tempat untuk berswafoto. Tempat ini adalah area “terlarang”, terutama bagi anak-anak. Orang tua di Desa Kayukebek kerap melarang buah hati mereka mendekat karena reputasi mistisnya yang kental.

Ingatan kolektif warga masih menyimpan rapi tragedi-tragedi memilukan di sana. Konon, pernah ada sepasang pelajar yang menghilang tanpa jejak saat berkunjung ke lokasi ini. Hingga detik ini, jasad mereka tak pernah ditemukan, meninggalkan misteri yang menyatu dengan rimbunnya hutan. Tak hanya itu, penemuan mengerikan berupa potongan kaki perempuan dengan cat kuku yang masih utuh di area tersebut sempat mengguncang ketenangan warga.

Bahkan memasuki tahun 2012, rumor baru muncul: barang siapa yang nekat berkunjung hanya berdua, mereka akan disambut oleh suara makhluk gaib yang tengah nyinden (menyanyi tembang Jawa) di balik derasnya air terjun.

Perubahan besar dimulai ketika generasi muda di Dusun Taman mulai jengah dengan stigma horor yang membelenggu potensi desa mereka. Berbekal skeptisisme yang sehat dan semangat membangun daerah, para pemuda ini mulai rutin mengunjungi Coban Waru.

Mereka mendobrak mitos lama dengan aksi nyata. Perlahan namun pasti, isu-isu mistis yang mencekam mulai terkikis oleh unggahan foto keindahan alam di media sosial. Ketakutan yang dulu menyelimuti tempat ini digantikan oleh rasa kagum akan pesona air terjunnya yang asri.

“Dulu orang takut ke sini, tapi anak-anak muda sekarang melihatnya sebagai tantangan dan peluang. Kami ingin membuktikan bahwa Coban Waru adalah aset, bukan tempat yang harus dijauhi,” ujar Pak Warno, salah satu petani apel.

Author : Chusnul Nisa

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tulisan Terakhir

Advertorial