Portalarjuna.net, Purwosari – Meski hari raya Idulfitri telah berlalu, nuansa kebahagiaan masih terasa melalui tradisi khas yang dijalankan masyarakat, yakni Lebaran Ketupat. Perayaan yang berlangsung sepekan setelah Idulfitri ini menjadi simbol kebersamaan dan sarana mempererat tali silaturahmi. Ketupat menjadi menu utama dalam perayaan ini. Masyarakat biasanya menyajikannya bersama berbagai hidangan seperti opor ayam, sayur bersantan, dan sambal goreng. Di berbagai daerah, warga saling berkunjung dan berbagi makanan untuk memeriahkan tradisi ini.
Selain ketupat, warga juga membuat makan serupa yang disebut “ Lepet”. Mereka telah mewariskan tradisi ini secara turun-temurun. Makna di baliknya pun dalam yakni saling mengakui kesalahan agar hubungan tetap harmonis dan rukun.
Desa Pager di Kecamatan Purwosari, Kabupaten Pasuruan, menjadi salah satu wilayah yang masih melestarikan tradisi ini. Uniknya, waktu pelaksanaan Lebaran Ketupat di desa ini cukup beragam. Ada warga yang merayakannya di pagi hari usai Salat Subuh, sementara lainnya memilih malam hari setelah Salat Magrib. Perbedaan waktu ini mencerminkan ragam makna dan kebiasaan yang dimiliki tiap keluarga.“Biasanya kami berkumpul setelah Subuh, sambil makan ketupat bersama keluarga. Rasanya hangat dan penuh kebersamaan,” kata Siti Rohmah, warga setempat. Berbeda dengan keluarga Pak Mulyono yang memilih merayakannya di malam hari, “Lebih tenang saat malam, bisa sambil bakar sate dan ngobrol santai,” ujarnya.
Lebaran Ketupat di Desa Pager bukan sekadar momen makan bersama, tetapi juga menjadi ajang berbagi dan mempererat hubungan antarwarga. Tradisi saling bertukar makanan dan mengunjungi tetangga menjadi bagian penting dari perayaan ini. Dengan adanya Lebaran Ketupat, suasana Idulfitri seolah diperpanjang melalui nilai-nilai kekeluargaan dan gotong royong yang tetap dijaga oleh masyarakat hingga hari ini.
Author : Ida Puput Sari
