Portalarjuna.net, Yogyakarta– Pakar Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Dr. Fajar Junaedi, memberikan pandangan kritis mengenai fenomena pengibaran bendera bajak laut dari anime “One Piece” yang marak menjelang Hari Kemerdekaan ke-80 Republik Indonesia, Selasa (05/08/2025).
Fenomena ini menjadi sorotan karena bendera “Jolly Roger” bergambar tengkorak dengan topi jerami itu dikibarkan di berbagai tempat, termasuk sekolah dan ruang publik, bahkan berdampingan dengan bendera Merah Putih. Banyak pihak mempertanyakan makna dan alasan di balik tindakan tersebut.
Mengutip dari muhammdiyah.or.id, menurut Dr. Fajar, fenomena ini tidak bisa dipandang hanya sebagai bentuk iseng atau hiburan semata. Ia menilai bahwa simbol “Jolly Roger” dalam konteks anime “One Piece” sarat dengan makna perlawanan terhadap ketidakadilan. “Jika dilihat dari sudut pandang semiotika, bendera ini bukan sekadar lambang bajak laut. Ia menyimbolkan semangat perjuangan, kebebasan, dan solidaritas,” jelasnya dalam wawancara dengan media Muhammadiyah.
Dr. Fajar juga menyebut bahwa cerita dalam anime “One Piece” kerap menggambarkan konflik antara individu dan sistem kekuasaan. Ia menilai ini sebagai bentuk narasi politik yang dekat dengan pengalaman hidup banyak anak muda saat ini. “Makanya tidak heran kalau mereka merasa lebih dekat secara emosional dengan simbol dari anime itu, dibanding simbol negara yang mungkin terasa jauh dari keseharian mereka,” ungkapnya.
Meski begitu, Dr. Fajar mengingatkan pentingnya konteks dan aturan. Pengibaran simbol alternatif tidak boleh menggantikan kedudukan simbol resmi negara. Namun ia menekankan, daripada memaksa represif, pendekatan dialogis dan edukatif jauh lebih efektif untuk menjembatani perbedaan tafsir antar generasi.
Fenomena ini menunjukkan bahwa media populer seperti anime bukan hanya hiburan, tapi juga ruang lahirnya identitas dan ekspresi sosial generasi muda. Maka, memahami simbol dengan pendekatan komunikasi yang humanis menjadi langkah awal untuk membangun dialog yang sehat antara negara, masyarakat, dan budaya yang terus berkembang.
Author: Shela Syvanaya F