Portalarjuna.net– Malang, selasa(15/05) sore tepat pada pukul 19:00 masyarakat Malang dari seluruh elemen berkumpul di halaman utama Gereja Santa Theresia, atau yang dikenal dengan sebutan Gereja Khatolik Ijen. Gereja umat Khatolik yang dibangun pada tahun 1934 itu dipenuhi dengan suasana syahdu.
Ratusan gemerlap cahaya lilin yang dibawa oleh masing-masing orang yang hadir memenuhi halaman gereja. Suasana duka yang mendalam atas tragedi peledakan bom di Surabaya dan Sidoarjo menjadi duka mendalam yang turut dirasakan oleh masyarakat Malang.
Gedung peribadatan itu menampakkan wajahnya yang gaung di tengah duka manusia atas bencana teror yang menimpa saudara sebangsa dan se tanah air. Sebuah tragedi yang menjadi sejarah kelam untuk Indonesia. Tragedi yang menandakan retaknya nilai-nilai kemanusian bangsa Indonesia di Abad ini.
Masyarakat yang terhimpun di dalamnya terdiri dari banyak elemen. Aktivis berbasis gerakan (PMII, GMNI, GMKI, PMKR, dan HIKMAHBUDDHI), penggiat kebudayaan, dan komunitas perdamaian GusDurian, Forum komunikasi keagamaan FKUB, BANSER , dan warga biasa melebur menjadi satu. Satu suara menyuarakan tentang pentingnya penanaman nilai-nilai kemanusiaan dan toleransi sebagai upaya untuk melawan sejumlah aksi-aksi teror.
Masing-masing perwakilan dari setiap elemen satu per satu maju ke depan menyuarakan pentingnya toleransi sebagai perekat di antara perbedaan identitas manusia yang asli: agama, etnis, ras, dan lain sebagainya. Penyampaian pesan moral dilakukan dengan berbagai cara: pembacaan puisi, orasi kebangsaan, dan menyanyikan lagu-lagu kemanusiaan.
Orasi yang disampaikan dari masing-masing elemen secara subtantif menolak aksi teror dalam bentuk apapun. Teror disebutkan prilaku yang bertolak belakang dengan Pancasila dan Bhenika tunggal Ika.
Pembacaan puisi dengan judul Diponegoro gubahan Chairil Anwar terdengar menggema di halaman itu. Bagimu Negeri Menyediakan api. Punah di atas menghamba, Binasa di atas ditindas Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai Jika hidup harus merasai. sebuah cuplikan bait yang disuarakan dengan nyala emosi yang membara oleh pembacanya.
Gereja dengan temaram lampu disetiap sudutnya menatap ratusan manusia yang terhimpun ke dalam Aliansi Damai Malang (ADAM). Ekspresi manusia yang dipenuhi duka sekaligus bahagia terhadap rasa persatuan yang masih ada di antara mereka. Menjelang akhir acara tersebut, masyarakt yang terhimpun di dalamnya bersama-sama mendeklarasikan lima poin pokok. Deklarasi anti terorisme yang dipimpin oleh Saudara Ilmi Najib kordinator GusDurian: 1) Kami warga malang berduka atas nama bangsa dan kejahatan terorisme. 2) Kami warga Malang mengutuk keras tindakan kekerasan dalam bentuk apapun. 3) Kami warga malang bresikap akan turut berkerjasama menjaga Indonesia 4) Tida takut dan terprovokasi kedalam terorisme. 5)Tetap setia menjunjung tinggi nilai pancasila dan senantiasa berdamai dalam kota Malang. Setelahnya acara diakhiri dengan doa bersama dari perwakilan masing-masing agama: Islam, Kristen, Hindu, Budha, dan Penganut Kepercayaan.
Gereja Khatolik Ijen menjadikan dirinya sebagai Domus Ecclesiae (relasi manusia dengan Tuhan dan sesama manusia dengan cinta dan kasih sayang). Tempat berhimpun orang-orang yang menginginkan perdamaian dan melepas ego identitas dalam diri mereka masing-masing. akhirnya, dari Malang perdamaian di suarakan untuk masyarat dunia yang Universal.(Syaiful A)