PortalArjunaJatim.Iseh penak zamanku…. Luangkan sejenak untuk berfikir apa yang enak dimasa rezim itu? tak ada unjuk rasa BBM naik? Sembako murah?. Wajar bila hal demikian terjadi, jangankan unjuk rasa, kumpul ngobrol masalah pemerintahpun akan dibantai. BBM murah maklum zaman itu masih minim pengguna kendaraan, tak seperti kontemporer sak omah ono wong loro sepedae yho loro, ono wong telu sepedae yho telu. Sembako murah pantas saja biaya transport dan operasional minim, konsumen rendah masyarakat cendrung produktif dalam bercocok tanam. Sedang dewasa ini masyarakat konsumtif menjadi lahan pembisnis yang ingin meraup laba sebanyak-banyaknya.
Iseh penak zamanku, yang jelas siapa yang mempunyai gagasan tulisan tersebut penulis kurang mengetahui, akan tetapi penulis sering melihat lukisan presiden ke-2 indonesia (S) beserta skrip, di bak mobil truk dan sosial media. Sekarang monggo analisis kebelakang. Penulis tidak mengklaim hanya sekedar opini. Sopir truk dan kernet merupakan pekerjaan yang cukup berat dan penuh resiko. Kalau ada alternative pekerjaan lain yang menjanjikan penulis yakin mereka akan pindah profesi. betapa sulitnya hidup bagi mereka apa lagi beban bahan bakar minyak yang harganya melonjak saat ini. Keadaan ini berbeda disaat era S. Pada era itu meraka masih asyik bermain, tak ada pikiran bagaimana sulitnya orang tua mencari sesuap nasi penyambung hidup. Mereka masih manja dan dibawa tanggung jawab orang tua, segala keperluannya tercukupi tanpa susah paya, begitu enak dan bahagia zaman kecilnya yang hidup diera S.
Iseh penak zamanku, selain di bak truk penulis sering menemui foto tersebut di media sosial terutama di Facebook. Paradoknya apakah di era S orang-orang dapat upload foto seperti saat ini? Bagaimana jadinya bila pengguna FB komentar sekehendak hatinya di era S, bisa-bisa peluru melayang keperutnya? Kan dulu belum ada FB? Boro-boro FB Chanel TV saja gak ada pilihan mentok TVRI, kebebasan berpendapat terbatas. Masihkah kita mengatakan iseh penak zamanku.
Kehidupan ini tak jalan ditempat, ada masa lalu sebagai kenangan, masa kini sebagai kenyataan dan masa impian yang akan datang. Masa lalu memang terasa begitu indah penuh sejarah. Namun pahit terasa saat sadar bahwa itu sekedar masa silam yang tak mungkin berputar ulang.
Jadi zaman yang enak, adalah zaman ketika orang mau mensyukuri keadaannya, seberapa beratnya hidup? Siapa yang menjadi penguasa Negara? Menjadi apa peran kita? Hidup di era apa? Mau krisis atau tidak? Hidup di era tradisional maupun modern No problem. mari buka mata kita seraya menatap jauh kedepan, kapan sampai pada tujuan jika terus berjalan dengan tatapan mata kebelakang. Janganlah iri terhadap masa silam jadikan masa silam sebagai dorongan pelajaran bukan motivasi alasan menghancurkan masa yang manjadi harapan. Sekali lagi kebahagian keenakan hanya bisa kita dapat selama kita mensyukurinya sebagai mana petuah sang cendekiawan di bawah ini.
“Jarene dek TV sak iki zaman krisis, saktemene sak iki ngono jare aku yho ora krisis, cuman menungsone ae sing kurang syukure, isine nggrundel ae, ora ono syukure. Mosok krisis sak omah ben uwong nduwe sepeda dewe-dewe, sak omah ono wong loro sepedae yho loro, ono wong telu sepedae yho telu.lha diarani krisis wong sing ngaret lho podo nggowo HP dewe-dewe, daftar lungo kaji yho antri-antri, ngene iki ta diarani krisis lha lucu ta! Iyo lek biyen, zaman sak durunge 80an iku krisis, kepingin mangan endok ae kudu sunat disek, kepeingin mangan rawon, ngombene lemon ae ngenteni lek loro (sakit), mangan iwak petek yho pendak lek riyoyo ambek muludan. Dak iki ngunu ora krisis balek menungsone ae seng sing kurang syukure.”
*Mahasiswa Universitas Yudharta Pasuruan.