Pasuruan, Jawa Timur
Minggu, 19 Mei 2024

Peringatan Hari Besar pada 14 Februari, Hari Pemberontakan PETA hingga Valentine

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

PortalArjuna.Net- Hari ke 14 pada bulan Februari ternyata ada peringatan bersejarah didalamnya, 14 Februari merupakan hari peringatan pemberontakan Pembela Tanah Air (PETA) dan juga hari Valentine (hari kasih sayang).

Hari Valentine pada 14 Februari biasanya diperingati hampir di seluruh dunia, dan juga pada umumnya dirayakan dengan orang-orang tersayang, bisa dengan pasangan, orang tua atau keluarga besar, sahabat, dan lainnya. Biasanya mereka akan menghabiskan waktu bersama, saling bertukar kado, atau saling memberi kartu ucapan.

Namun, tahukah anda generasi muda bangsa? di Indonesia sendiri juga terdapat peringatan penting bersejarah pada 14 Februari yaitu hari Pemberontakan Pembela Tanah Air (PETA).

Peringatan Hari PETA memang kurang familier di kalangan milenial bangsa, umumnya yang mereka tahu hanya ada hari valentine pada 14 Februari. Alangkah baiknya jika kita selalu mengenang jasa para pahlawan yang telah berjuang untuk kemerdekaan negara kita dengan memperingati hari besarnya dan menengok sejarah singkat Pemberontakan PETA pada 14 Februari berikut ini :

  1. Hari Peringatan Pembela Tanah Air (PETA)-1945
    Tentara Pembela Tanah Air atau PETA adalah kesatuan militer yang dibentuk oleh Tentara Jepang di Indonesia, pada masa pendudukan Jepang.

    Tentara PETA dibentuk pada 3 Oktober 1943 berdasarkan maklumat Osamu Seirei No.44 yang diumumkan Letnan Jendral Kumakichi Harada sebagai Tentara Sukarela.

    Tentara PETA telah berperan sangat besar dalam kemerdekaan Indonesia. Beberapa tokoh nasional yang telah tergabung dalam PETA yaitu mantan presiden Soeharto dan Jendral Soedirman.

    Pada 14 Februari 1945, pasukan PETA dibawah pimpinan Supriadi melakukan sebuah pemberontakan di Blitar. Pemberontakan ini berhasil dipadamkan oleh penjajah dengan memanfaatkan pasukan pribumi yang tidak terlibat dalam pemberontakan, baik dari satuan PETA ataupun Heiho.

    Supriadi yang berperan sebagai pimpinan pasukan pemberontakan tersebut dinyatakan hilang dalam peristiwa itu. Namun, pimpinan lapangan dari pemberontakan itu, yakni Murdi, tetap bersama pasukannya hingga saat terakhir.

    Pada akhirnya mereka semua ditahan dan disiksa oleh Kampeitai (PM), lalu diadili dan dihukum mati dengan hukuman penggal sesuai dengan hukum Militer Tentara Kekaisaran Jepang di Evereld pada 16 Mei 1945.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tulisan Terakhir

Advertorial